Sabtu, 31 Desember 2011

IMUNISASI atau IMUN is ASI ? (bagian 2-selesai)


Penemuan tentang kandungan ASI pada tahun 1970 memberi solusinya. Sulit memang mengubah paradigma masyarakat tentang ASI sebagai sistem imun utama bagi seorang bayi, karena penelitian tentang vaksin sudah dimulai sejak tahun 1600-an, sedangkan ASI baru dikompilasi pada tahun 2005 setelah dilaporkan temuan antibodi yang terdapat di dalamnya. Saat ini dengan penelitian yang masih terus berjalan, telah ditemukan beberapa komponen bioaktif ASI antara lain laktosa, lemak, oligosakarida, protein, dan masih banyak lagi yang belum dilaporkan karena sedang dilakukan studi.
Bayi memiliki imunitas alami yang didapatkan ketika dia lahir. Oleh karena itu sangat disarankan kepada para bunda untuk melakukan persalinan normal. Namun lihatlah, betapa banyak dari mereka yang lebih memilih operasi cesar karena tak kuat menahan sakitnya. “Dan mengapa mereka tidak memikirkan tentang (kejadian) diri mereka?, Allah tidak menjadikan langit dan bumi dan apa yang ada diantara keduanya melainkan dengan (tujuan) yang benar dan waktu yang ditentukan. Dan sesungguhnya kebanyakan diantara manusia benar-benar ingkar akan pertemuan dengan Rabbnya (Ar rum : 8).
Dalam persalinan normal, bayi akan lewat jalan lahir (vagina) disertai tinja yang mengandung banyak bakteri, dari sinilah imunitas seorang bayi terbentuk secara alami. Inisiasi menyusui dini juga sangat dianjurkan. Kolostrum yang dihasilkan oleh payudara seorang ibu telah terbentuk sejak minggu ke-16 kehamilan, dalam literatur disebutkan hanya terbentuk pada hari pertama sampai ke 7. Kolostrum ini sangat penting bagi bayi karena menghasilkan Secretory IgA yang berfungsi sebagai antibodi. Kemudian daerah lain yang bisa memberikan imunitas alami pada bayi adalah rongga mulut karena di pangkal tenggorokanlah bakteri penyebab pneumonia berada. Lengkaplah sudah apa yang Allah rencanakan.
Begitu mulianya tugas seorang ibu untuk menyusui anaknya sampai Allah tegaskan di dalam firmannya,  “Para ibu hendaklah menyusukan anak-anaknya selama dua tahun penuh, yaitu bagi yang ingin menyempurnakan penyusuan. Dan kewajiban ayah memberi makan dan pakaian kepada para ibu dengan cara ma’ruf. Seseorang tidak dibebani melainkan menurut kadar kesanggupannya. Janganlah seorang ibu menderita kesengsaraan karena anaknya dan seorang ayah karena anaknya, dan warispun berkewajiban demikian. Apabila keduanya ingin menyapih (sebelum dua tahun) dengan kerelaan keduanya dan permusyawaratan, maka tidak ada dosa atas keduanya. ..” (Al Baqarah 233)
Dan Allah tegaskan kembali dalam sebuah hadist ancaman untuk mereka yang enggan menyusui anaknya. Rasulullah SAW bersabda, “Tiba-tiba aku melihat para wanita yang payudara-payudara mereka dicabik-cabik ular yang ganas. Maka aku bertanya: ‘Kenapa mereka?’ Malaikat menjawab: ‘Mereka adalah para wanita yang tidak mau menyusui anak-anaknya (tanpa alasan syar’i)’. ” (HR Al-Hakim) – Asy-Syaikh Muqbil rahimahullaah dalam Al-Jami’ush Shahih berkata: “Ini hadits shahih dari Abu Umamah Al-Bahili
ASI ibu A belum tentu cocok jika diberikan kepada bayi ibu B, begitu pun sebaliknya. Asi ibu A belum tentu sama kualitasnya dengan ASI ibu B. Perlu kita tahu, ASI memiliki karakter subspesies tertentu saja. Seorang ibu yang tinggal di lingkungan kumuh, kualitas ASI-nya tentu akan sangat berbeda dengan ibu yang tinggal di lingkungan bersih. Daya imunitas yang terbentuk pada ibu yang tinggal di tempat kumuh pastilah lebih bagus jika dibandingkan dengan ibu yang tinggal di lingkungan bersih tadi. Kurang tepat jika menganalogikan asupan gizi menjadi faktor utama dalam menentukan kualitas ASI.
Kebutuhan ASI bagi bayi harus tercukupi untuk membentuk sistem imunnya, bukan malah diganti dengan susu formula. Menurut penelitian terbaru, susu formula dapat menimbulkan stres permanen pada anak di usia 10 tahun, reaksi alergi yang berlebihan, dan penyakit-penyakit degeneratif seperti DM, jantung, dan stroke di usia tuanya.
Jika ibu tidak dapat menyusui anaknya karena suatu halangan, Allah telah memberikan kemudahan untuk mengambil ibu susu seperti yang pernah dicontohkan pada Rosulullah. “…Dan jika kamu ingin anakmu disusukan oleh orang lain, maka tidak ada dosa bagimu apabila kamu memberikan pembayaran menurut yang patut. Bertakwalah kamu kepada Allah dan ketahuilah bahwa Allah Maha Melihat apa yang kamu kerjakan.” [Al Baqarah 233]”
Hal ini selaras dengan apa yang disampaikan oleh Mbah Thomas Alfa Edisson, “The doctor of the future will no longer treat human frame with drug, but rather will care and prefent disease with nutrition.”
Namun sebegitu gamblangnya data menyatakan pentingnya fungsi ASI, namun tidak pernah dimasukkan dalam kurikulum khusus pada kuliah para tenaga kesehatan. Bahkan ketika ditanya pun mereka pasti tidak akan mengetahui apa kandungan yang terdapat pada vaksin ataupun ASI. Sehingga menjadi kabur untuk menggunakan keduanya.
Sehingga dr Majid pun mengeluarkan pernyataan, “All muslim doctors and parents should be aware for vaccine ingredient and of the failed efficiency of vaccine. The harm is cleaerly grate than the benefit. The time has come to take a stand for truth.”
Dr James R Shannon, seorang mantan direktur the National Institute of Health (NIH) Amerika Serikat dalam tulisan yang berjudul Why You Should Avoid Vaccines pun memberikan pernyataannya bahwa,” Vaksin yang aman adalah vaksin yang tidak pernah digunakan.”
Membentuk imunitas pada diri bayi ibarat menyiapkan ladang yang subur untuk kita tanami, dirawat dengan cara dipupuk dan menyiangi rumput liarnya. Sehingga, kalau sejak dini kita sudah dzalim terhadap anak kita dengan memberikan berbagai bahan kimia berbahaya ke dalam tubuhnya, secara tidak langsung sama dengan kita menggali liang kuburnya. Naudzubillahi mindzalik. Semoga semakin banyak kajian tentang ASI yang bisa membuka mata terhadap propaganda modernisasi yang telah menyusup ke dalam pikiran kita. Untuk ayah, bunda, serta pembaca semua, divaksin atau tidak semua pilihan itu kembali kepada anda. Yang pasti mohonlah kepada Tuhan Yang Maha Esa, agar ditunjukkan kebenaran dalam pilihan yang kita buat.  Wallahua’lam bish showab.

:: lupa kutipan dari mana ::

IMUNISASI atau IMUN is ASI (bagian 1)

Di Indonesia kita mengenal imunisasi sebagai program rutin pemerintah Indonesia yang dijalankan melalui posyandu dengan sasaran bayi dan balita. Pengertian dari imunisasi sendiri adalah pemindahan antibodi secara pasif sehingga akan didapatkan kekebalan secara pasif pula. Sedangkan vaksinasi adalah tindakan memasukkan kuman atau virus melalui vaksin untuk merangsang pembentukan imunitas secara aktif pada tubuh seseorang, sehingga akan didapatkan kekebalan aktif.
Sempat gemparnya Indonesia pada KLB difteri yang terjadi di Jawa Timur beberapa waktu lalu membuat pemerintah harus merogoh kocek untuk menyehatkan warganya dengan vaksin DPT booster. Seberapa efektifkah manfaat vaksin dan imunisasi yang kita tahu?
Dalam seminar ASI yang menghadirkan pakar laktasi Indonesia dr Henny Zainal dari HZ lactation center yang kemarin saya ikuti (25/12), banyak memaparkan fakta-fakta mengejutkan. Anda tahu apa yang kemudian terjadi setelah bayi divaksin?
Vaksin akan langsung berfek pada sel saraf otak bayi, dan mengaktivasi sel saraf mikroglia. Sel ini adalah sel sentral sistem imun yang memiliki sifat tenang dan tidur di dalam otak. Ketika zat toksin masuk ke dalam tubuh anak terutama sel saraf otak, maka sel ini akan sangat aktif bergerak seperti amoeba yang menyerang ke segala arah. Mikroglia sendiri pun akan mengeluarkan toksin untuk melawan toksin kimia vaksin dalam jumlah tinggi yang disebut sebegai eksositotoksin.
Dan setelah itu anak akan menunjukkan gejala inflammable brain yang ditandai dengan adanya deman, rewel, menangis  selama beberapa hari, muntah, kejang, bahkan stroke yang menyebabkan kematian pada bayi. Jika anak memiliki daya tahan tubuh yang kuat pada saat itu, keberadaan toksin akan meneyebabkan ADHD, autisme,dsb.
Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (KIPI)  seperti ini sebetulnya banyak, tapi data tersebut tidak pernah dilaporkan, bahka cenderung ditutupi, sekali lagi demi target menjalankan program dari pemerintah.
Inilah kandungan vaksin sehingga menyebabkan gejala dan dampak yang telah saya sebutkan di atas. Alumunium garam, antibiotik, formaldehyde, thymerosal, MSG, 2-phenoxyethanol, mikroorganisme hidup/ mati / lemah.
Menjadi fakta yang tidak dapat dipungkiri bahwa ketika menyuntikkan vaksin, tenaga kesehatan TIDAK PERNAH membaca kemasan, kandungan, kontraindikasi, dan rusak tidaknya vaksin tersebut. Sungguh vaksin tidak memberikan jaminan 100% perlindungan terhadap seluruh penyakit. Sudah tahu begini, untuk apa masih diberikan? Siapa lagi kalau bukan keinginan pihak yang tertentu?
Tenaga medis menanggapi dengan entengnya bahwa  KIPI hanya terjadi pada sepersekian ribu dari bayi yang divaksinasi. Dimana hati nurani, jika satu anak dari seribu yang terkena KIPI adalah anak anda? Bisa membayangkan jika posisi anda adalah sebagai orang tua si korban?
dr Henny zainal pun pernah menangani pasien yang puteranya sakit karena imunisasi polio. Bayi yang semula sehat itu menjadi lumpuh. Naas, yang didapat hanyalah permintaan maaf dari tenaga medis yang menangani. Maaf? Apakah cukup untuk mengobati semua penderitaan yang akan dialami selama perjalanan hidup si anak? Mungkin juga tenaga medis tadi hanya membatin, “Untung bukan anak saya.”
Menjadi bukti bahwa sebetulnya para imuwan pun masih meragukan efektifitas penggunaan vaksin. Berdasarkan penelitian dari NZ Miller, dalam jurnal yang ditulisnya Vaccine Safety Manual. Dari NA Press, Sante Fe, New Mexico yang merujuk pada CDC, ditemukan di Ohio pada tahun 1993, pertusis terjadi pada 90% anak-anak yang divaksin, dan 10% nya tidak. Begitu pula dengan chicken pox yang terjadi pada anak, 86% penderita adalah mereka yang sudah divaksin (pediatrics vol 113, 2005).
Demikian halnya yang terjadi di IOWA dari 100% penderita mumps, 92% diantaranya adalah anak yang divaksin. Dan yang paling baru adalah KLB difteri di Jawa timur baru-baru ini. 100% penderita sudah menjalani imunisasi lengkap. Sedangkan mereka yang sehat karena tidak divaksin tak terekspose oleh media. Saya sempat bertatap muka dengan orang-orang yang memilih untuk tidak memberikan vaksin pada anaknya, dan ternyata memang jauh lebih sehat.
Lalu bagaimana ilmu kedokteran menjawab fakta-fakta ini? Bahkan masih tetap mengagung-agungkan penggunaan vaksin sebagai satu-satunya cara paling ampuh dalam menghadapi berbagai penyakit pada anak-anak yang notabene imunitas tubuhnya belum terbentuk sempurna?
Kita harus tahu bahwa sistem imun anak baru mulai terbentuk setelah usia 3 bulan dan selesai terbentuk pada usia 12 bulan tapi belum aktif. Sistem tersebut barulah sempurna ketika usianya sudah menginjak 3-5 tahun. Lalu darimanakah sumber imunitas tubuhnya didapatkan? “…tiadalah yang Kami ciptakan sia-sia.” (QS. Ali Imran : 191). Tidak lain adalah ASI (bersambung)

Kenangan Pertama Anak Dapat Terjadi Sejak Usia 2 Tahun

Kebanyakan orang dewasa menderita amnesia masa kanak-kanak karena tidak bisa mengingat masa bayi atau balita yang mereka lalui. Namun studi baru menunjukkan bahwa kenangan pertama anak sudah terbentuk sejak umur 2 tahun dan sudah bisa mengingat peristiwa unik.

"Kami tertarik untuk melihat memori anak usia muda karena dapat memberitahu kita tentang memori secara umum. Kebanyakan dari kita tidak dapat mengingat apapun memori saat bayi, hanya memori usia 3 atau 4 tahun, ketika kita sudah mulai mengingat," jelas Fiona Jack, peneliti studi dari University of Otago di New Zealand, seperti dilansir Livescience, Jumat (23/12/2011).

Kebanyakan memori dari masa balita adalah peristiwa besar dalam hidup yang akan diceritakan sebagai fakta pada masa dewasa. Namun banyak orang yang mengalami kesulitan untuk mengingatnya.

"Ada beberapa orang yang mengaku mengingat hal-hal yang terjadi pada usia 8 atau 12 bulan. Ini sangat sulit untuk mengetahui apakah yang mereka ceritakan benar-benar memori asli atau sebagian merupakan rekonstruksi yang diceritakan orangtua atau melihat foto di album," jelas Jack.

Studi dilakukan untuk mengetahui pasti sejak usia berapa anak sudah mulai dapat mengembangkan memori. Hasilnya, peneliti menemukan bahwa anak usia 2 hingga 3 tahun sudah dapat membentuk kenangan pertama dan mengingat hal-hal yang menarik.

Dalam studi tersebut, peneliti merancang alat 'ajaib' untuk menarik perhatian anak-anak dalam studi, yang disebut dengan 'Magic Box'. Responden anak-anak akan meletakkan di atas kotak, menutar tuas dan mainan versi mini akan muncul di bagian bawah dengan iringan suara dan lampu. Para penelitia melatih 46 anak dengan rentang usia 27 hingga 51 bulan untuk menjadi responden selama 2 hari berturut-turut.

Pada hari ketiga, anak-anak ditanya kembali soal kotak dan bagaimana menggunakannya. Hasil wawancara selama 3 hari ini ditanyakan kembali setelah 6 tahun kemudian, ketika anak-anak berusia 10 hingga 12 tahun.

Sebelum menyebutkan 'Magic Shrinking Box', peneliti pertama menunjukkan medali kepada anak-anak yang mereka terima setelah berpartisipasi menjadi responden dan menanyakan apakah mereka ingat mengapa mereka mendapatkannya. Orangtua juga diwawancarai pada waktu itu.

Hasilnya, hanya 20 persen anak-anak yang mampu mengingat kembali Magic Shrinking Box yang mereka mainkan 6 tahun lalu, tetapi menariknya hal itu tidak digolongkan berdasarkan usia.

"Bahkan dua anak dari responden yang paling muda, yang ketika itu berusia kurang dari 3 tahun dapat mengingat alat ajaib itu dengan baik. 50 persen dari orang dewasa dapat mengingat permainan dan bagaimana menggunakannya," jelas Jack.

Peneliti kemudian mempelajari apakah ada karakter kepribadian yang berbeda pada anak-anak yang mampu mengingat, seperti pada kemampuan bahasa dan kemampuan memori secara umum. Namun peneliti tidak menemukan indikasi apapun yang dapat mempengaruhi daya ingat anak.

"Kami memang menemukan bahwa rata-rata anak yang ingat kejadian enam tahun lalu membicarakan peristiwa itu lebih banyak. Artinya, aktif terlibat dalam percakapan bisa membantu perkembangan memori secara umum dan tentang peristiwa tertentu," tutup Jack.
dikutip dari : detik.com

Selasa, 27 Desember 2011

Nastar


Bahan-Bahan :
- 500 gram mentega
- 200 gram gula bubuk
- 2 kuning telur ayam
- 2 butir telur ayam
- 800 gram tepung terigu

Bahan selai :
- 1 kg nanas parut
- 200 gram gula pasir
- 2 butir cengkih
- 10 gram kayu manis bubuk
- 2 lembar daun jeruk purut

Cara Mengolah :
Cara membuat selai:
1. Rebus semua bahan jadi satu di atas api kecil.
2. Aduk-aduk hingga airnya menyusut dan menjadi kental.
Angkat dan dinginkan.

Cara membuat nastar :
1. Kocok mentega dan gula hingga lembut dengan mikser kecepatan rendah.
2. Masukkan telur ayam, kocok hingga rata.
3. Tambahkan tepung terigu, aduk hingga rata.
4. Bentuk adonan menjadi bola-bola kecil. Pipihkan, isi dengan sedikit adonan nanas. Bulatkan kembali. Taruh di loyang datar.
5. Olesi dengan kuning telur kocok.
6. Hiasi atasnya dengan sebutir cengkih.
7. Panggang dalam oven panas 150 derajat Celcius hingga kuning keemasan.
8. Angkat dan dinginkan.


Minggu, 25 Desember 2011

SATE PADANG pakai Lidah Sapi



Bahan untuk membuat sate padang :
  • 1.000 gram lidah sapi
  • 1 sendok teh garam
  • 4-5 sendok makan minyak goreng
  • 2 lembar daun kunyit kemudian dirobek-robek dan diikat simpul
  • 3 batang serai, memarkan
  • 10 lembar daun jeruk
  • 3 cm lengkuas, memarkan
  • 1 sendok makan bumbu kari bubuk
  • 1 potong asam kandis
  • 50 gram tepung beras
  • 2 sendok makan tepung kanji
  • 300 ml air
  • bawang goreng untuk taburan
  • tusuk sate
  • air untuk merebus
Bumbu sate padang yang dihaluskan :
  • 12 butir bawang merah
  • 6 siung bawang putih
  • 1 sendok makan cabai halus/giling (saya pakai 2-3 sdm, biar pedes)
  • 4 cm kunyit
  • 4 cm jahe
  • 11/2 sendok teh merica
  • 2 sendok teh garam
Cara membuat sate padang :
  • Rebus lidah dalam air mendidih, selama ± 5 menit, angkat. Kupas kulit lidah, kerk hingga kulit terkelupas bersih. Cuci kemudian rebus dalam air, bubuhkan garam (± 60 menit). Setelah lidah empuk, tiriskan, pisahkan kaldunya sebanyak ± 600 ml. Potong-potong lidah ukuran 1x1x2 cm, sisihkan.
  • Panaskan minyak goreng dalam wajan. Tumis bumbu halus, masukkan daun kunyit, serai, daun jeruk, lengkuas, dan bumbu kari, aduk hingga baunya harum, angkat. masukkan 2/3 bagian tumisan ke dalam kaldu. jerang kembali di atas api, masukkan asam kandis.
  • Larutkan tepung beras dan tepung kanji dalam air hingga tercampur. Setelah kaldu mendidih, perlahan masukkan larutan tepung sambil diaduk terus hingga adonan licin. Masak hingga mendidih dan meletup-letup serta bau tepungnya hilang, angkat.
  • Campur potongan lidah bersama sisa bumbu tumis, aduk sebentar di atas api hingga rata, angkat. Tusukkan potongan lidah pada tusuk satai, masing-masing 3-4 potong.
  • Panggang satai di atas bara api hingga baunya harum ± 3 menit, balik-balikkan, angkat. Taruh satai, taburi bawang goreng.
  • Makan selagi panas dengen ketupat.